Munafik
itu identik dengan kedustaan, pengkhianatan, penipuan, penyesatan,
kedzaliman, kekufuran dan pembangkangan. Karena itu, perbuatan munafik
persis dengan tabiat setan yang mengingkari kebenaran, kejujuran dan
perbuatan yang haq.
Bahkan dalam satu sisi orang munafik itu lebih jahat dan lebih
ekstrim dibandingkan dengan kejahatan yang dilakukan orang kafir. Orang
kafir memusuhi Islam secara transparan, sedangkan yang dilakukan orang
munafik adalah menghancurkannya dari dalam dengan menggunakan berbagai
topeng agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui.
ALLOH berfirman: “Orang-orang
munafik laki-laki dan wanita, sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf,
dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada ALLOH,
maka ALLOH melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah
orang yang fasik.” (QS.At-Taubah:67)
Karenanya,
orang-orang munafik itu tak henti-hentinya menabur racun dan virus yang
merusak umat Islam. Apakah dalam bentuk budaya, ideologi, kegiatan
sosial, mode pakaian, iklan atau slogan-slogan yang menyesatkan. Amat
banyak peristiwa yang menyedihkan, yang dapat membangunkan bulu kuduk
adalah akibat tipu daya mereka yang memotivasi hawa nafsu kepada
kebatilan. Itulah akhlak yang tercela yang meruntuhkan keutamaan dalam
jiwa, membunuh kreativitas dan mengkikis habis butir-butir kemuliaan
sebagai orang yang berakal.
Ibnu
Abbas menerangkan, bahwa Rasululloh SAW telah bersabda: “Di akhir zaman
nanti akan datang sekelompok manusia yang wajahnya wajah manusia, tapi
hatinya hati setan. Sifat mereka sangat buas seperti harimau, tidak
terbersit sedikitpun dalam hatinya rasa kasih sayang. Mereka suka
membunuh, dan biasa melakukan perbuatan kotor.
Bila
didekati, mereka mencintaimu. Tapi bila dijauhi, mereka mengumpat dan
membencimu. Bila dipercaya, mereka khianat. Anak-anak kecil di
lingkungan mereka sudah terbiasa berhutang, remajanya sudah rusak
moralnya, dan kalangan tuanya sangat jahat. Mereka tidak mau lagi
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Siapapun yang memuji dan
memuliakan mereka akan menjadi orang yang hina, dan siapapun yang
meminta sesuatu kepadanya akan menjadi orang fakir. Yang mereka tegakkan
adalah bid’ah, dan yang mereka jauhi adalah sunnah Rasul.
Ketika
keadaan sudah demikian, maka ALLOH menguasakan mereka kepada pemimpin
yang Jahat (Dzolim), dan Do’a mereka tidak lagi dikabulkan oleh ALLOH SWT.”
Ancaman
ALLOH itu dikarenakan kejahatan, kedzaliman dan kekufuran yang
dilakukan orang-orang munafik itu sudah kelewat batas. Sifat yang sudah
membudaya pada orang munafik amat sulit dimusnahkan, karena telah
terpatri ke dalam jiwa, berurat dan berakar dalam hatinya. Akibatnya,
semua orang akan memalingkan diri. Yang dekat menjadi jauh, kawan
menjadi lawan. Keadaan seperti inilah yang dikehendaki orang munafik.
Mu’adz
bin Jabal menuturkan, bahwa Rasululloh SAW telah bersabda: “Kelak akan
datang kepada umat manusia suatu zaman dimana mereka merusak sunnahku,
dengan melakukan bid’ah. Barangsiapa tetap berpegang teguh kepada
sunnahku, dia akan dikucilkan. Barangsiapa mengikuti ajaran bid’ah, dia
akan mendapatkan lima puluh kawan atau lebih banyak lagi.” Para sahabat
bertanya: “Ya Rasululloh, sesudahku nanti masih adakah orang yang
memiliki keistimewaan?” Jawab Rasululloh: “Ya, masih ada.” Para sahabat
bertanya lagi: “Adakah mereka masih bertemu denganmu?” Jawab Rasululloh:
“Mereka sudah tidak lagi bertemu denganku.” Para sahabat bertanya lagi:
“Ya Rasulullah, masih adakah wahyu yang diturunkan kepada mereka?”
Jawab Rasululloh: “Sudah tidak ada lagi wahyu yang diturunkan kepada
mereka.” Lalu para sahabat bertanya lagi: “Ya Rasululloh, bagaimana
keadaan mereka?” Jawab Rasululloh: “Hati mereka rapuh, bagaikan garam
dimasukkan ke dalam air.” Para sahabat kemudian bertanya lagi: “Ya
Rasululloh, bagaimanakah pola hidup mereka di zaman itu?” Jawab
Rasululloh: “Mereka hidup bagaikan ulat yang sangat kecil yang berada
dalam cokak.” Para sahabat bertanya lagi: “Ya Rasulullah, terus
bagaimana mereka dapat memelihara agamanya?” Jawab Rasululloh: “Ibarat
memegang api yang membara. Bila diletakkan, api itu padam, dan bila
dipegang, tentu akan membakar dirimu.”
Jadi,
di zaman akhir keadaan umat manusia sudah tidak lagi memperhatikan
agama. Justru hidup mereka dipenuhi dengan nafsu dan keserakahan.
Memegang ajaran agama ibarat memegang api yang membara. Dipegang teguh,
banyak mendapat cacian, cercaan, hinaan, dan dijauhi kawan. Tapi, bila
dilepas, agama akan hancur, dan kita akan mendapat adzab ALLOH yang
lebih besar di akhirat.
Dalam
situasi yang demikian, yang paling istimewa adalah orang yang tetap
memegang teguh ajaran agama, tanpa harus menjual agama dengan harga
keduniaan yang sangat murah.
Zaman sekarang Ormas-ormas dan Para Ahli
persatuan dalam partai politik banyak dideklarasikan, padahal tidak sadar bahwa
mereka sudah memecah belah umat islam itu sendiri. Bahkan mereka lupa untuk
menegakan Hukum ALLOH Al-Syariah Islam, malah mereka mendukung Hukum Thoghut.
Berpolitik tentu tidak ada larangan, namun seharusnya yang dipakai politik yang sudah diterangkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Semua orang islam itu adalah bersaudara.
Firman-firman ALLOH untuk renungan bersama. "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) ALLOH seraya ber-jama’ah (bersatu dengan satu pemimpin), dan janganlah kamu bercerai-berai". (QS.Ali Imran,:103).
"Tali ALLOH - Perjanjian ALLOH" sebagaimana yang terdapat di dalam ayat selanjutnya: "Mereka diliputi kehinaan. di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) ALLOH dan tali (perjanjian) dengan manusia". (QS.Ali Imran,:112).
Berpolitik tentu tidak ada larangan, namun seharusnya yang dipakai politik yang sudah diterangkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Semua orang islam itu adalah bersaudara.
Firman-firman ALLOH untuk renungan bersama. "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) ALLOH seraya ber-jama’ah (bersatu dengan satu pemimpin), dan janganlah kamu bercerai-berai". (QS.Ali Imran,:103).
"Tali ALLOH - Perjanjian ALLOH" sebagaimana yang terdapat di dalam ayat selanjutnya: "Mereka diliputi kehinaan. di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) ALLOH dan tali (perjanjian) dengan manusia". (QS.Ali Imran,:112).
Khilafah, ber-jama’ah imamah, hidup terpimpin di bawah satu
pemimpin (khalifah/imam) adalah yang ALLOH dan Rasul-Nya perintahkan. Ketika
perintah ini sampai kepada seorang hamba, maka wajiblah atasnya mencari dan
menetapi Al-jamaah yang berada di atas petunjuk, yaitu jamaah yang berdasarkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah, dengan sistem kepemimpinan yang mengikuti jejak Kenabian, yang mengikuti cara Nabi
Muhammad Shallallohu ‘Alaihi Wasallam dan para Nabi sebelumnya, serta Khulafaur
Rasyidin yang mendapat petunjuk.
Dan ALLOH memberikan petunjuk melalui dialog tanya jawab antara Rasululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasallam dengan sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallohu ‘anhu: “Aku (Hudzaifah) bertanya lagi, ”Apa yang engkau perintahkan kepada kami, jika hal itu menimpaku? Nabi Shallallohu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ”Tetapilah jama’ah Muslimin dan imam mereka”. Aku bertanya, ”Lalu, bagaimana jika mereka tidak memiliki jama’ah dan imam”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Jauhilah semua firqah tersebut, meskipun engkau harus menggigit akar pohon, hingga kematian menjemputmu, sedangkan engkau tetap dalam keadaan seperti itu”. (HR.Bukhari dan Muslim, shahih Muslim dan Ibnu Majah).
Agar terhindar dari percikan kemusyrikan, maka ber-jama’ah-lah dalam Jama’ah Muslimin dan Imam mereka yang mengacu kepada Al-Quran dan As Sunnah, karena ber-jama’ah (hidup terpimpin dengan satu pemimpin) adalah wujud pelaksanaan dari ketauhidan.
Dan ALLOH memberikan petunjuk melalui dialog tanya jawab antara Rasululloh Shallallohu ‘Alaihi Wasallam dengan sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallohu ‘anhu: “Aku (Hudzaifah) bertanya lagi, ”Apa yang engkau perintahkan kepada kami, jika hal itu menimpaku? Nabi Shallallohu ‘Alaihi Wasallam menjawab, ”Tetapilah jama’ah Muslimin dan imam mereka”. Aku bertanya, ”Lalu, bagaimana jika mereka tidak memiliki jama’ah dan imam”. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Jauhilah semua firqah tersebut, meskipun engkau harus menggigit akar pohon, hingga kematian menjemputmu, sedangkan engkau tetap dalam keadaan seperti itu”. (HR.Bukhari dan Muslim, shahih Muslim dan Ibnu Majah).
Agar terhindar dari percikan kemusyrikan, maka ber-jama’ah-lah dalam Jama’ah Muslimin dan Imam mereka yang mengacu kepada Al-Quran dan As Sunnah, karena ber-jama’ah (hidup terpimpin dengan satu pemimpin) adalah wujud pelaksanaan dari ketauhidan.
ALLOH berfirman: “....Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan ALLOH, Maka mereka itu adalah orang-orang yang Dzalim dan Fasik.” (QS.Al Maidah:45-47) Pimpinan-pimpinan islam di Indonesia sudah berbuat Fasik dan Dzolim. Kita jangan mau mengikuti Pimpinan-pimpinan Islam yang Dzolim dan Fasik.
Karena ALLOH berfirman: “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada ALLOH dan taat kepada Rasul.” Dan mereka berkata; ”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar.” (Al Ahzab:66-67)
Mengikuti pemimpin selama sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits adalah satu kewajiban. Namun jika menyimpang dan kita mengikutinya, niscaya muka kita dibolak-balikan ALLOH di dalam neraka.
Inti dari musibah yang menimpa kaum Muslimin adalah
“BERPECAH BELAH”, Berpecah Belah adalah sebab terjadinya musibah-musibah yang ALLOH
Subhanahu Wata’ala Jelaskan.
ALLOH Subhanahu Wata’ala berfirman: “Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan
bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang mempersekutukan ALLOH, yaitu orang-orang yang
memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.
Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka”. (Qs. Ar Ruum : 31-32).
BERPECAH BELAH, disamakan oleh ALLOH Ta’ala dengan
kemusyrikan, yaitu memecah belah dien yang bermakna memecah pemahaman
untuk Islam (Islam Kaafah) menjadi pemahaman atau idiologi kafir,
sehingga timbullah pemahaman-pemahaman di bawah ini:
- Islam Nasionalis
- Islam Demokrasi atau Demokrasi Islam
- Jaringan Islam Liberal (Jaringan Iblis La’natullah)
- Islam Pancasila
- Ada lagi yang lebih gila, yaitu Islam Komunis
Tidak utuhnya arti Islam ini, membuat penolong-penolong
dari kelompoknya masing-masing berjuang habis-habisan untuk idiologinya
yang kafir itu. Malah ada sebagian dari mereka masih menganggap itu
adalah ISLAM, naudzu billahi min dzalik.
Maka, selamatkanlah diri kita, keluarga dan masyarakat dari
musibah-musibah di dunia, sebelum ALLOH Subhanahu Wata’ala menimpakan
musibah yang besar di hari kiamat.